Sekarang aku kelas sembilan, dikit-dikit ada ujian, baru
selesai satu tumbuh seribu. Oh iya aku lupa namaku Rini, anak paling
gaul di sekolah. Tapi gara-gara banyak ujian Hp ku disita sama orangtua
ku, Tv juga gak boleh disentuh apalagi nyala. Untung aja laptopku nggak,
jadi aku masih bisa facebookan sama temen-temen ku. Uh… nyebelin
banget..!!. Aku cuma disuruh belajar dan belajar atau disuruh dengerin
ceramah yang paling aku benci!!. Apalagi masa akan Maulid Nabi SAW kayak
gini kayak setiap jam pasti ada.
Aku punya sahabat gaul juga di sekolah, kami selalu bersama. Meraka itu adalah Fita, Sinta dan Dinda. Hari ini aku datang ke sekolah dengan muka muram. Melihat tersebut sahabat ku penasaran dan kemudian mereka menghampiriku. “Eh, rin.. kenapa kamu? Kok kayaknya gak semangat banget hari ini..?” tanya Fita. “Iya nih… jadinya kan gak seru..!” sambung Dinda. “Ya… lagi gak mood aja!” jawab ku. Sinta berkata “Pasti kamu ada masalah ya kan rin..? jangan bohong deh… udah terlihat dari wajah-wajah kamu tau…!”. “Iya… memang aku ada masalah.. Handphone ku disita, trus aku cuma disuruh belajar dan belajar.. pokoknya nyuebelin banget..!” jawab ku. “Udah tenang saja nanti kita pergi shopping ok! Biar gak sedih lagi…” jelas Fita. “Kan aku di rumah sama orangtua ku gak boleh keluar..!” jawab ku. “Ih kalau gak ada kamu gak seru rin…!” Sahut sinta, “buuanget!, yuk masuk kelas…!” seru Dinda.
Pelajaran pun dimulai sekarang waktunya adalah fisika, pada saat itu juga guru fisika kami sifatnya lumayan garang. Kami satu kelas diadakan ulangan mendadak. Para murid semua protes karena belum sempat belajar. Tapi tetap saja ulangan dilaksanakan juga, soal mulai dibagikan oleh bu guru kami. Sahabat-sahabat ku bingung gak tau apa yang harus dijawab. “sst… sst.. Rini.. no. 1, 4, 7, 8, 9, 11, 15 apa?” tanya Fita. Aku menoleh dan menjawab “aku tak tahu..!”. “Uhh… soalnya sulit semua kita nyontek yuk..!” seru Dinda. “Ok!” kata Fita. Mereka pelan membuka buku tapi aku tidak, karena aku takut nanti ketauhan dan dihukum deh. Untung saja aku tadi malam belajar.
Tiba-tiba terdengar suara keras seperti petir keluar dari tangan pukulan bu guru di mejanya. Semuanya kaget dan diam seketika tanpa gerak sedikit pun. “Fita, Dinda, Sinta! maju ke depan!! sambil lembar jawabanyanya dibawa ke depan!!!” bu guru berteriak sambil meluapkan amarahnya. Tanpa kata mereka maju ke depan. Kemudian “Berikan lembar jawabannya!” kata buguru, mereka memberikan lembaran jawaban tersebut. Dengan wajah marah bu guru menyobek hingga berkeping keping kertas tersebut. “yah.. yah.. bu jangan dong bu..!, apa salah kami bu..?” tanya Sinta. “Iya bu apa salah kami bu..?” tanya dinda dan fita serempak. “Masih banyak tanya lagi! kalian tadi nyontek, apa pernah ibu nyuruh kalian nyontek pada saat ulangan!?” Tanya buguru. “Tidaaak….” mereka menjawab dengan pelan dan serempak. “Kalian saya hukum berdiri di depan kelas sampai ujian selesai!”, jelas bu guru.
Akhirnya mereka harus menerima hukuman tersebut. Semua mulai mengumpulkan lembar jawaban ke meja guru. “Sekarang kalian boleh kembali duduk!!!” suruh buguru pada sahabat-sahabat ku. “akhirnya… kita bebas!!!” mereka berkata serempak. Tiba-tiba ibu guru berkata “Anak–anak jawaban kalian sudah saya nilai dan nilai tertinggi dicapai oleh… Rini..!!!” aku kaget seakan tidak percaya. “hah!! Apa benar bu saya dapat nilai tertinggi?” tanya ku. “benar rini kalau tidak percaya lihat lah kemari” jelas bu guru. “Waaah… apa aku mimpi!” kataku dengan rasa senang dan rasa tidak percaya.
Tapi kesenangan ku berhenti begitu saja, ketika waktu istirahat tiba, sahabat-sahabat ku marah kepada ku. “Rin! Katanya kamu tadi, aku tanya tidak tahu kenapa kamu malah dapat nilai tertinggi”. Tanya Fita dengan meluapkan amarahnya. “Iya! Malah kami jadi dihukum, itu karena kamu”, sambung Dinda. “Tadi memang aku tidak tahu… cuma asal menjawab saja kok…!” jawab ku. “Alaaah… kamu pasti bohong sama kami!!” kata Sinta. “Beneran kok aku gak bohong…” jelas ku. “udah deh!! pokoknya kita End…!!” kata Fita cetus kepada ku. “Ingat itu..!!!”, sambung Dinda. Aku benar-benar menyesal dan hatiku sedih banget.
Sampai waktu pulang, aku berjalan ke gerbang dengan muka benar-benar sedih dan muram. Aku lihat mobil jemputanku sudah ada di depan gerbang. Langsung aku masuk ke mobil tersebut dengan keadaan diam tanpa kata sedikit pun. Sesampaiku di rumah, kemudian membuka pintu tiba-tiba aku melihat mama berbincang bincang dengan seorang anak seumuran ku yang duduk di sampingnya. Mama tiba-tiba berkata “Rini, kenalkan ini namanya Ani, ia akan menjadi teman mu, dari pada kamu temenan sama temen kamu yang belum mesti baiknya. Ia akan membantu mu dalam berbagai hal kesulitan”. “Iya mah..” jawab ku dengan perasaan terpaksa.
Kemudian aku menuju ke kamar aku. Ku membuka pintu dengan keras hingga semua orang yang ada di rumah terdengar dan kaget, aku lempar saja tas ku ke meja dengan kasar. Aku tak tahan mengeluarkan air mata dan akhirnya aku menangis tanpa henti dengan perasaan yang sunggu marah dan sedih. Aku menangis hingga beberapa waktu, tiba-tiba ku mendengar suara kaki berjalan mendekat kepada ku. aku melihat pelan–pelan dengan wajah ku yang sudah basah dengan air mata. Aku tetap saja menangis dan menghiraukanya. Ani tiba-tiba saja berkata dengan lembut sambil membelai diriku “Sudahlah jangan lah menagis terus… sayang kan bila nanti cantiknya hilang..!!”. Aku hanya terdiam saja. “Cerita donk sama aku, aku akan membantu kamu memecahkan masalah mu…” ia kembali berkata dengan lembut pada ku. “Memang diriku akhir ini aku sering mendapat masalah, gak Cuma satu aja masalahku, bahkan hingga beribu-ribu, aku gak kuat menerima semuanya.. aku mulai putus asa..!!” jelasku dengan agak merintih sedih. “Hey.. masalah itu jangan terlalu dipikirin buat saja masalah tersebut jadi happy, seru dan menyenangkan” jelasya. Aku penasaran dan bertanya kepadanya lagi “e… emangnya kamu pernah melakukan seperti itu, dan bagaimana caranya”. “Udah… itu nanti saja kita pikirin sekarang kamu Rini ganti baju lalu makan bersama..” kata Ani. “Terima kasih ya An..!” ucap ku sambil memeluk nya.
Sore hari nya aku belajar bersama dengan Ani, belajarnya seru banget gak bikin bete, Ani mengajariku serius tapi santai. Aku menjadi tau banyak hal dengan belajar, karena Ani pula aku jadi faham berbagai mata pelajaran. Seakan akan belajar jadi moment yang tak akan terlewatkan.
Malam pun telah tiba tepatnya jam tujuh malam, tiba-tiba terdengar suara orang baca Al-quran. Suara tersebut muncul dari kamar ani. Aku penasaran dan mendengar kanya di dekat pintu kamarnya. Suaranya sangat indah hingga aku terpesona. Dan tanpa aku sadari terdengar pintu terbuka dan Ani muncul di hadapanku. Aku langsung kaget melihat Ani dan jantung ku berdebar hebat. “Ada apa rin kok ada di sini..” tanya ani kepadaku. “E… e… aku tadi e.. denger suara kamu ngaji bagus banget, memanganya kamu bisa mengaji sejak kapan..?” jawab ku kepadanya dengan agak gagu. “Ya.. dari dulu sih..” jawab nya. “Kamu hebat yah… aku saja udah besar kayak gini masih belum lancar baca al quran nya…” ucap ku. “udah tenang saja aku mau kok bantu kamu kamu belajar baca al quran biar bisa lancar…”.
Setelah beberapa lama, akhirnya aku bisa membaca Al quran dengan lancar. Dulu saja aku benci dengan tulisan arab tapi sekarang jadi menyenangkan. “Terimakasih ya rin kamu tuh udah bantu aku buuanyak… banget!!” ucap ku kepada nya. “Ia sama sama kok… oh ya kamu harus ngutamakan ibadah-ibadah kamu yang seperti ini, jangan lupa solatnya juga, apalagi masa-masa Maulid Nabi kayak gini itu penting banget lo…” jelas nya secara rinci. “Ok dech…” sahut ku.. “Rini anak gaul gitu….” sambung nya… kami tertawa bahagia bersama.
Hari demi hari telah terlampaui aku mulai bisa melalui masalah ku, bahkan masalah ku, sebagian ku jadikan hal yang paling menyenang kan. Bahkan sahabat aku dulu terheran-heran dengan sikap ku sekarang yang mulai berubah. Tak terasa lagi Maulid Nabi sudah kurang tiga hari lagi. Di pagi harinya tiba-tiba mama ku memanggil ku dan Ani untuk ke ruang tamu yang di bawah. Kami datang di hadapanya, aku penasaran ada apa kok pagi-pagi waktu untuk siap-siap sekolah kok di panggil, “ada apa ma.. kok kami di panggil…?” tanya ku kepada mama. “Ini mama dapat undangan isinya ajakan untuk mengikuti lomba qiroah se-Kabupaten, jadi kalian berdua aku akan daftarin lomba ini, jadi kalian harus belajar qiroah dengan tekun” jelas mama. Aku kaget seraya berkata “tapi ma.. saya kan masih baru-baru ini bisa lancar bacanya, kenapa saya diikutkan..?, biar Ani saja yang ikut lomba tersebut..!”. “Jangan kawatir soal itu.. jika kamu berlatih dengan baik kalian pasti bisa”, jelas mama kepada ku. Aku hanya bisa menerima apa yang dikatakan oleh mama. Sebisa ku aku berlatih dengan semaksimal mungkin.
Ketika aku dan Ani sudah selesai berlatih baca al quran, ani mengajak ku mendengarkan musik. Dengan senang hati aku menerima pendapatnya. Tiba-tiba aku kayak mendengar aneh dari musik tersebut aku penasaran dan bertanya “Itu musik apa yang kau bunyikan.. kok aku belum pernah dengar..?” “Ini itu musik shalawatan, isinya salawat yang dilimpahkan kepada nabi kita.. penting juga lo solaawat untuk nabi mohammad SAW itu, karena kita bisa mendapat syafaat di yaumil kiyamah nanti…” jelasnya secara rinci. “Oh… begitu yah… jadinya asik donk kalau dibikin lagu..!” seru ku. “ok benar sekali…” kata Ani.
Maulid nabi tinggal keesokan harinya. Malam nya kami sekeluarga beserta Ani pergi ke sebuah pengajian peringatan Maulid Nabi Saw, sebenarnya aku gak begitu suka tapi ikuti saja orangtua ku.. mungkin ada benarnya juga. Ustadnya di pengajian itu kalo berbicara enak… banget didengar. Di situ aku diceramah tentang Tolong nenolong antar sesama, mataku hingga berkaca–kaca karena dulu aku sering bikin masalah sama temen, bukan nolongin malah nyusahin. Selain itu juga Ustadz tersebut menerangkan tentang doa. Aku jadi tahu pentingnya doa untuk kehidupan. Setelah pulang dari pengajian aku langsung ambil wudu dan berdoa agar aku bisa mengikuti lomba dengan lancar serta ujian nasional yang sukses.
Keesokan harinya telah tiba saatnya aku dan Ani mengikuti lomba Qiroah. Aku akan berangkat saja sudah deg-degan dan mulai agak tegang. Tapi lama kelamaan keteganganku hilang. Tak terasa kami sudah sampai di tempat lomba. Aku mencoba agar tetap tenang dalam mengikti lomba. Kami duduk di kursi peserta satu persatu namanya di panggil oleh juri. Sekarang adalah giliran Ani baca qiroah. Aku mulai deg-degan lagi, setelah Ani selesai, kemudian terdengar teriakan juri “Rini fitriyani!!” dengan hati berusaha untuk tenaang, aku mulai membacanya setelah beberapa waktu akhirnya qiroah ku selesai dengan persaan lega aku turun dari panggung. “Wah… rini kamu tadi bagus banget lo…” kata Ani. “ah.. enggak kok..!” jawab ku agak malu.
Setelah beberapa lama semua peserta sudah membaca. Akhirnya pembacaan juara pun akan segera diumum kan. Jantung ku mulai berdebar-debar. Waktunya pembacaan juara. “JUARA TIGA.. DIRAIH OLEH… MITA..!!” juara tiga sudah diumumkan. Aku semakin tegang. “JUARA DUA… DIRAIH OLEEEH… ANI…!!” juara dua sudah diumum kan, aku terkagum-kagum pada Ani. “DAN JUARA PERTAMA DIRAIH OLEEH… RINI…!!” aku hanya termenganga saja. Kemudian dengan perasaan senang aku naik ke panggung. Aku memperoleh trophy dan dorprize kecil, aku sangat tidak menyangka bisa juara dan bahkan bisa mengalahkan Ani.
Ketika perjalanan pulang aku berbincang-bincang dengan Ani di mobil. “Kamu hebat banget bisa juara satu Rini”, ucap Ani dengan dengan kagum. “Ah.. tidak juga ini berkat mu dan berkat maulid nabi…!!” jelas ku. “Sekarang Rini yang gaul iti udah jadi anak pesanten yah..” kata Ani. “Iya donk siapa dulu.. Rini..!!” jawabku semua tertawa bahagia.
Ini semua akan jadi momen yang tak kan pernah terlupakan, berkat Ani dan maulid Nabi aku jadi mengerti apa arti kehidupan dan sungguh-sungguh dalam mencapai sesuatu. Aku telah merubah sikapku ini menjadi yang lebih baik dari dulu. Aku sangat berharap nanti ujian aku lulus dan mendapat nilai yang memuaskan. Ingat jangan pernah putus asa kawan…!.
Cerpen Karangan: Hafiza Elma Fitriya
Aku punya sahabat gaul juga di sekolah, kami selalu bersama. Meraka itu adalah Fita, Sinta dan Dinda. Hari ini aku datang ke sekolah dengan muka muram. Melihat tersebut sahabat ku penasaran dan kemudian mereka menghampiriku. “Eh, rin.. kenapa kamu? Kok kayaknya gak semangat banget hari ini..?” tanya Fita. “Iya nih… jadinya kan gak seru..!” sambung Dinda. “Ya… lagi gak mood aja!” jawab ku. Sinta berkata “Pasti kamu ada masalah ya kan rin..? jangan bohong deh… udah terlihat dari wajah-wajah kamu tau…!”. “Iya… memang aku ada masalah.. Handphone ku disita, trus aku cuma disuruh belajar dan belajar.. pokoknya nyuebelin banget..!” jawab ku. “Udah tenang saja nanti kita pergi shopping ok! Biar gak sedih lagi…” jelas Fita. “Kan aku di rumah sama orangtua ku gak boleh keluar..!” jawab ku. “Ih kalau gak ada kamu gak seru rin…!” Sahut sinta, “buuanget!, yuk masuk kelas…!” seru Dinda.
Pelajaran pun dimulai sekarang waktunya adalah fisika, pada saat itu juga guru fisika kami sifatnya lumayan garang. Kami satu kelas diadakan ulangan mendadak. Para murid semua protes karena belum sempat belajar. Tapi tetap saja ulangan dilaksanakan juga, soal mulai dibagikan oleh bu guru kami. Sahabat-sahabat ku bingung gak tau apa yang harus dijawab. “sst… sst.. Rini.. no. 1, 4, 7, 8, 9, 11, 15 apa?” tanya Fita. Aku menoleh dan menjawab “aku tak tahu..!”. “Uhh… soalnya sulit semua kita nyontek yuk..!” seru Dinda. “Ok!” kata Fita. Mereka pelan membuka buku tapi aku tidak, karena aku takut nanti ketauhan dan dihukum deh. Untung saja aku tadi malam belajar.
Tiba-tiba terdengar suara keras seperti petir keluar dari tangan pukulan bu guru di mejanya. Semuanya kaget dan diam seketika tanpa gerak sedikit pun. “Fita, Dinda, Sinta! maju ke depan!! sambil lembar jawabanyanya dibawa ke depan!!!” bu guru berteriak sambil meluapkan amarahnya. Tanpa kata mereka maju ke depan. Kemudian “Berikan lembar jawabannya!” kata buguru, mereka memberikan lembaran jawaban tersebut. Dengan wajah marah bu guru menyobek hingga berkeping keping kertas tersebut. “yah.. yah.. bu jangan dong bu..!, apa salah kami bu..?” tanya Sinta. “Iya bu apa salah kami bu..?” tanya dinda dan fita serempak. “Masih banyak tanya lagi! kalian tadi nyontek, apa pernah ibu nyuruh kalian nyontek pada saat ulangan!?” Tanya buguru. “Tidaaak….” mereka menjawab dengan pelan dan serempak. “Kalian saya hukum berdiri di depan kelas sampai ujian selesai!”, jelas bu guru.
Akhirnya mereka harus menerima hukuman tersebut. Semua mulai mengumpulkan lembar jawaban ke meja guru. “Sekarang kalian boleh kembali duduk!!!” suruh buguru pada sahabat-sahabat ku. “akhirnya… kita bebas!!!” mereka berkata serempak. Tiba-tiba ibu guru berkata “Anak–anak jawaban kalian sudah saya nilai dan nilai tertinggi dicapai oleh… Rini..!!!” aku kaget seakan tidak percaya. “hah!! Apa benar bu saya dapat nilai tertinggi?” tanya ku. “benar rini kalau tidak percaya lihat lah kemari” jelas bu guru. “Waaah… apa aku mimpi!” kataku dengan rasa senang dan rasa tidak percaya.
Tapi kesenangan ku berhenti begitu saja, ketika waktu istirahat tiba, sahabat-sahabat ku marah kepada ku. “Rin! Katanya kamu tadi, aku tanya tidak tahu kenapa kamu malah dapat nilai tertinggi”. Tanya Fita dengan meluapkan amarahnya. “Iya! Malah kami jadi dihukum, itu karena kamu”, sambung Dinda. “Tadi memang aku tidak tahu… cuma asal menjawab saja kok…!” jawab ku. “Alaaah… kamu pasti bohong sama kami!!” kata Sinta. “Beneran kok aku gak bohong…” jelas ku. “udah deh!! pokoknya kita End…!!” kata Fita cetus kepada ku. “Ingat itu..!!!”, sambung Dinda. Aku benar-benar menyesal dan hatiku sedih banget.
Sampai waktu pulang, aku berjalan ke gerbang dengan muka benar-benar sedih dan muram. Aku lihat mobil jemputanku sudah ada di depan gerbang. Langsung aku masuk ke mobil tersebut dengan keadaan diam tanpa kata sedikit pun. Sesampaiku di rumah, kemudian membuka pintu tiba-tiba aku melihat mama berbincang bincang dengan seorang anak seumuran ku yang duduk di sampingnya. Mama tiba-tiba berkata “Rini, kenalkan ini namanya Ani, ia akan menjadi teman mu, dari pada kamu temenan sama temen kamu yang belum mesti baiknya. Ia akan membantu mu dalam berbagai hal kesulitan”. “Iya mah..” jawab ku dengan perasaan terpaksa.
Kemudian aku menuju ke kamar aku. Ku membuka pintu dengan keras hingga semua orang yang ada di rumah terdengar dan kaget, aku lempar saja tas ku ke meja dengan kasar. Aku tak tahan mengeluarkan air mata dan akhirnya aku menangis tanpa henti dengan perasaan yang sunggu marah dan sedih. Aku menangis hingga beberapa waktu, tiba-tiba ku mendengar suara kaki berjalan mendekat kepada ku. aku melihat pelan–pelan dengan wajah ku yang sudah basah dengan air mata. Aku tetap saja menangis dan menghiraukanya. Ani tiba-tiba saja berkata dengan lembut sambil membelai diriku “Sudahlah jangan lah menagis terus… sayang kan bila nanti cantiknya hilang..!!”. Aku hanya terdiam saja. “Cerita donk sama aku, aku akan membantu kamu memecahkan masalah mu…” ia kembali berkata dengan lembut pada ku. “Memang diriku akhir ini aku sering mendapat masalah, gak Cuma satu aja masalahku, bahkan hingga beribu-ribu, aku gak kuat menerima semuanya.. aku mulai putus asa..!!” jelasku dengan agak merintih sedih. “Hey.. masalah itu jangan terlalu dipikirin buat saja masalah tersebut jadi happy, seru dan menyenangkan” jelasya. Aku penasaran dan bertanya kepadanya lagi “e… emangnya kamu pernah melakukan seperti itu, dan bagaimana caranya”. “Udah… itu nanti saja kita pikirin sekarang kamu Rini ganti baju lalu makan bersama..” kata Ani. “Terima kasih ya An..!” ucap ku sambil memeluk nya.
Sore hari nya aku belajar bersama dengan Ani, belajarnya seru banget gak bikin bete, Ani mengajariku serius tapi santai. Aku menjadi tau banyak hal dengan belajar, karena Ani pula aku jadi faham berbagai mata pelajaran. Seakan akan belajar jadi moment yang tak akan terlewatkan.
Malam pun telah tiba tepatnya jam tujuh malam, tiba-tiba terdengar suara orang baca Al-quran. Suara tersebut muncul dari kamar ani. Aku penasaran dan mendengar kanya di dekat pintu kamarnya. Suaranya sangat indah hingga aku terpesona. Dan tanpa aku sadari terdengar pintu terbuka dan Ani muncul di hadapanku. Aku langsung kaget melihat Ani dan jantung ku berdebar hebat. “Ada apa rin kok ada di sini..” tanya ani kepadaku. “E… e… aku tadi e.. denger suara kamu ngaji bagus banget, memanganya kamu bisa mengaji sejak kapan..?” jawab ku kepadanya dengan agak gagu. “Ya.. dari dulu sih..” jawab nya. “Kamu hebat yah… aku saja udah besar kayak gini masih belum lancar baca al quran nya…” ucap ku. “udah tenang saja aku mau kok bantu kamu kamu belajar baca al quran biar bisa lancar…”.
Setelah beberapa lama, akhirnya aku bisa membaca Al quran dengan lancar. Dulu saja aku benci dengan tulisan arab tapi sekarang jadi menyenangkan. “Terimakasih ya rin kamu tuh udah bantu aku buuanyak… banget!!” ucap ku kepada nya. “Ia sama sama kok… oh ya kamu harus ngutamakan ibadah-ibadah kamu yang seperti ini, jangan lupa solatnya juga, apalagi masa-masa Maulid Nabi kayak gini itu penting banget lo…” jelas nya secara rinci. “Ok dech…” sahut ku.. “Rini anak gaul gitu….” sambung nya… kami tertawa bahagia bersama.
Hari demi hari telah terlampaui aku mulai bisa melalui masalah ku, bahkan masalah ku, sebagian ku jadikan hal yang paling menyenang kan. Bahkan sahabat aku dulu terheran-heran dengan sikap ku sekarang yang mulai berubah. Tak terasa lagi Maulid Nabi sudah kurang tiga hari lagi. Di pagi harinya tiba-tiba mama ku memanggil ku dan Ani untuk ke ruang tamu yang di bawah. Kami datang di hadapanya, aku penasaran ada apa kok pagi-pagi waktu untuk siap-siap sekolah kok di panggil, “ada apa ma.. kok kami di panggil…?” tanya ku kepada mama. “Ini mama dapat undangan isinya ajakan untuk mengikuti lomba qiroah se-Kabupaten, jadi kalian berdua aku akan daftarin lomba ini, jadi kalian harus belajar qiroah dengan tekun” jelas mama. Aku kaget seraya berkata “tapi ma.. saya kan masih baru-baru ini bisa lancar bacanya, kenapa saya diikutkan..?, biar Ani saja yang ikut lomba tersebut..!”. “Jangan kawatir soal itu.. jika kamu berlatih dengan baik kalian pasti bisa”, jelas mama kepada ku. Aku hanya bisa menerima apa yang dikatakan oleh mama. Sebisa ku aku berlatih dengan semaksimal mungkin.
Ketika aku dan Ani sudah selesai berlatih baca al quran, ani mengajak ku mendengarkan musik. Dengan senang hati aku menerima pendapatnya. Tiba-tiba aku kayak mendengar aneh dari musik tersebut aku penasaran dan bertanya “Itu musik apa yang kau bunyikan.. kok aku belum pernah dengar..?” “Ini itu musik shalawatan, isinya salawat yang dilimpahkan kepada nabi kita.. penting juga lo solaawat untuk nabi mohammad SAW itu, karena kita bisa mendapat syafaat di yaumil kiyamah nanti…” jelasnya secara rinci. “Oh… begitu yah… jadinya asik donk kalau dibikin lagu..!” seru ku. “ok benar sekali…” kata Ani.
Maulid nabi tinggal keesokan harinya. Malam nya kami sekeluarga beserta Ani pergi ke sebuah pengajian peringatan Maulid Nabi Saw, sebenarnya aku gak begitu suka tapi ikuti saja orangtua ku.. mungkin ada benarnya juga. Ustadnya di pengajian itu kalo berbicara enak… banget didengar. Di situ aku diceramah tentang Tolong nenolong antar sesama, mataku hingga berkaca–kaca karena dulu aku sering bikin masalah sama temen, bukan nolongin malah nyusahin. Selain itu juga Ustadz tersebut menerangkan tentang doa. Aku jadi tahu pentingnya doa untuk kehidupan. Setelah pulang dari pengajian aku langsung ambil wudu dan berdoa agar aku bisa mengikuti lomba dengan lancar serta ujian nasional yang sukses.
Keesokan harinya telah tiba saatnya aku dan Ani mengikuti lomba Qiroah. Aku akan berangkat saja sudah deg-degan dan mulai agak tegang. Tapi lama kelamaan keteganganku hilang. Tak terasa kami sudah sampai di tempat lomba. Aku mencoba agar tetap tenang dalam mengikti lomba. Kami duduk di kursi peserta satu persatu namanya di panggil oleh juri. Sekarang adalah giliran Ani baca qiroah. Aku mulai deg-degan lagi, setelah Ani selesai, kemudian terdengar teriakan juri “Rini fitriyani!!” dengan hati berusaha untuk tenaang, aku mulai membacanya setelah beberapa waktu akhirnya qiroah ku selesai dengan persaan lega aku turun dari panggung. “Wah… rini kamu tadi bagus banget lo…” kata Ani. “ah.. enggak kok..!” jawab ku agak malu.
Setelah beberapa lama semua peserta sudah membaca. Akhirnya pembacaan juara pun akan segera diumum kan. Jantung ku mulai berdebar-debar. Waktunya pembacaan juara. “JUARA TIGA.. DIRAIH OLEH… MITA..!!” juara tiga sudah diumumkan. Aku semakin tegang. “JUARA DUA… DIRAIH OLEEEH… ANI…!!” juara dua sudah diumum kan, aku terkagum-kagum pada Ani. “DAN JUARA PERTAMA DIRAIH OLEEH… RINI…!!” aku hanya termenganga saja. Kemudian dengan perasaan senang aku naik ke panggung. Aku memperoleh trophy dan dorprize kecil, aku sangat tidak menyangka bisa juara dan bahkan bisa mengalahkan Ani.
Ketika perjalanan pulang aku berbincang-bincang dengan Ani di mobil. “Kamu hebat banget bisa juara satu Rini”, ucap Ani dengan dengan kagum. “Ah.. tidak juga ini berkat mu dan berkat maulid nabi…!!” jelas ku. “Sekarang Rini yang gaul iti udah jadi anak pesanten yah..” kata Ani. “Iya donk siapa dulu.. Rini..!!” jawabku semua tertawa bahagia.
Ini semua akan jadi momen yang tak kan pernah terlupakan, berkat Ani dan maulid Nabi aku jadi mengerti apa arti kehidupan dan sungguh-sungguh dalam mencapai sesuatu. Aku telah merubah sikapku ini menjadi yang lebih baik dari dulu. Aku sangat berharap nanti ujian aku lulus dan mendapat nilai yang memuaskan. Ingat jangan pernah putus asa kawan…!.
Cerpen Karangan: Hafiza Elma Fitriya